20 Nov 2010

Wisata Taiwan

Tahun 1949, ketika perang sipil pecah antara kaum nasionalis dan komunis di China, pemimpin kaum nasionalis Chiang Kai-Shek presiden pertama Taiwan mengungsikan 600.000 koleksi museum dari kota terlarang Beijing menuju pulau Taiwan menggunakan Sembilan armada kapal.

Benda benda itu lalu disimpan di nasional Palace Museum di ibu kota Taipei, yang kini menjadi salah Satu museum terkenal di dunia. Kini benda benda bernilai sejarah tinggi itu menjadi daya tarik utama wisatawan di Taiwan. Salah satu koleksi tertua adalah giok sawi, perlambang nirwana dari Dinasti Qing (1644-1911). Setiap hari lebih dari 5.000 pengunjung antri hingga dua jam untuk berwisata di museum seluas 1 hektar dengan gedung 4 lantai itu.

Disamping keelokan alam dan budaya, benda sejarah memang senjata utama Taiwan untuk di kenal dunia. Untuk itu pariwisata dikemas rapid an cantik , termasuk promo keberbagai Negara, termasuk Indonesia.

Taiwan ibarat gadis pesolek. Sadar tampa kelimpahan kekayaan alam, Taiwan menggarap serius seluruh potensi yang ada. Kekayaan alam yang terbatas itu sungguh sungguh dilindungi dengan beragam peraturan.

Pemerintah Taiwan melarang semua penebang pohon dan pertambangan batu marmer sehingga perbukitan hijau berderet kokoh menahan angin topan dari Samudra Pasifik. Di kala tenang, bikit bukit itu menyajikan pesona menakjubkan, seperti goa kapur dengan air terjun di Taroko Gorge

Untuk pemenuhan kayu dan kertas, Taiwan mengimpornya dari Indonesia, lebih dari 40 kontainer setiap hari datang. Kertas yang dibakar sebagai sarana berdoa umat Budha dalam setahun setara dengan ongkos pembangunan 373 kilo jalan tol.

Sebagai Negara pulau, dalam setahun, gempa dirasakan warga Taiwan dalam 200 hari. Hotel hotel disekitar danau Sun Moon Lake, seperti Fleur de Chine Hotel yang roboh seluruhnya akibat gempa bumi tahun 1999, kini dibangun lagi dengan tarif kamar Rp.2,5 juta per malam dan hampir selalu penuh.

Pariwisata Taiwan tak berkontribusi signifikan bagi pendapatan Negara. Namun, pemerinta Taiwan serius menggarap pariwisata Taiwan sebagai alat mengenalkan eksitensi Taiwan dikanca global. Bentuk kepedulian itu antara lain menyubsidi sector wisata dengan fasilitas visa gratis sejak Maret 2009.

Subsidi juga diberikan bagi petani Taiwan sehingga sector pertanian berkembang pesat. Pesatnya perkembangan pertanian menjadi lading garapan pariwisata Taiwan. Di Taiwan terdapat 400 penginapan milik penduduk diwilayah Yi Lan, yang mayoritas penduduknya petani. Petani Ching Lai, bahkan membangun Shanghai Farm Resort yang dipadukan dengan kebun buah. Tamu di hotelnya dimanjakan dengan suasana pedesaan, seperti menyaksikan kerlip kunang-kunang musim semi. Memasuki musim buah, pengunjung bisa memetik beragam jenis buah dan sayur.

Kelestarian 14 suku pribumi di Taiwan juga disubsidi pemerintah. Pertahun setiap suku disubsidi Rp.300 juta. Suku Wulai, yang mirip suku Dayak di Kalimantan, misalnya menjadi daya tarik karena keunikan tradisinya. Selama ini mayoritas wisata asing yang mengunjungi Taiwan berasal dari Malaysia dan Hongkong, Angka kunjungan wisata dari Indonesia di bawah 100.000 orang per tahun. Di tengah berbagai upaya menjaga eksitensinya, Taiwan membidik wisata dari negara bermayoritas penduduk muslim, seperti Indonesia. Di Taiwan, yang umat Muslim-nya 2 persen dari total populasi 23,07 juta jiwa, berdiri 6 Masjid plus berbagai restoran berlabel halal, seperti di Taipei, Taoyuan dan Taichugn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar