Kabut masih menyelimuti Interlaken, tepat di depan pandangan saya tampa sejuta kabut mengalun tipis menutupi puncak Eiger dan Monch, yang selalu berselimut salju. Eiger, gunung setinggi 3.970 meter di atas permukaan laut, sebenarnya tidaklah asing. Sejumlah pendaki gunung Indonesia beberapa kali mencoba mendaki tebing utara gunung tersebut, sejak awal 1990-an.
Diantara dua puncak Eiger dan Monch itulah Jungfrau “Top Of Europe” berada di ketinggian 3.454 meter dpl. Jungfrau (dari bahasa jerman: dara atau perawan) disebut sebagai puncak Eropa bukanlah karena lokasi’a yang paling tinggi di benua itu. Lebih tepatnya karena di Jungfrau terletak stasiun kereta api dan kantor pos tertinggi di Eropa.
Perjalanan ke Eropa pun dimulai. Setelah berjalan kaki sekitas 5 menit dari Hotel Victoria Jungfrau, saya tiba di Interlaken Ost untuk melakukan perjalanan ke Lauterbrunnen. Sejumlah turis dari sejumlah Negara sudah menunggu di stasiun kecil itu. Perjalanan menuju Lauterbrunnen seperti memipir diantara tebing, lembah, dan kaki-kaki bukit yang menghijau. Lembah Lauterbrunnen ini berada di bawah permukaan, mirip di dasar huruf U dengan bukit atau pegunungan dengan ketinggian sampai 1.000 meter di kedua sisinya. Rumah-rumah dan penginapan dengan konstruksi kayu dibangun diantara lembah-lembah tersebut.
Disinilah kita bisa menyaksikan puluhan air terjun menuangkan airnya secara fantastic. Sekitar 72 air terjun berbagai ukuran dan karakteristik menambah takjub mereka yang menyaksikannya. Begitu juga lembah-lembah yang menghijau dengan hamparan rumput segar diselingi bunga-bunga kecil berwarna kuning (dandelion) adalah sajian pemandangan pegunungan Swiss yang tidak ada duanya. Di sinilah tempat para peternak sapi mengembalakan sapi mereka setiap musim panas agar pemeliharaan mereka mendapat rumput dengan nutrisi alami.
Setelah perjalanan sekitar 20 menit dari Lauterbrunnen saya berganti kereta untuk perjalanan lebih menanjak Kleine Scheidegg, perjalanan menuju ketinggian 2.061 meter di atas permukaan laut menghabiskan waktu 45 menit berikutnya. Gumpalan salju dibeberapa padang rumput mulai terlihat. Di kejahuan, Dinding Utara Elger yang terkenak itu dan menjadi idaman para pemanjat tebing mulai terlihat . Namun sering kali dalam sekejap tertutup awan. Beberapa kali kereta yg saya tumpangi pun merangkak seperti menembus awan, karena tebalnya kabut di lembah-lembah yang saya lewati
Kleine Scheidegg adalah stasiun terakhir , sebelum saya beralih kereta lagi menuju tujuan Jungfraujoch di ketinggian 3.454 meter. Perjalanan menuju puncak Jungfrau “Puncak Eropa” pun dimulai. Kereta menuju stasiun kereta api tertinggi itu adalah kereta khusus dengan rel bergerigi untuk merangkak naik keketinggian. Kereta merayap seperti menembus area putih karena tidak ada pemandangan lain kecuali hamparan salju.
Inilah Jungfrau, tempat tertinggi yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Sekitar 5.000 orang setiap hari menjejaki kakinya diketinggian tersebut. Tempat yang disebut berada di antara “surga dan bumi” memang menakjubkan. Disini juga terdapat gletser Jungfrau-Aletsch-Bietshhorn yang di tetapkan ONESCO sebagai heritage dunia. Di pucak Jungfrau, pengunjung bisa menikmati berbagai fasilitas wisata termasuk memasuki sebuah lorong es berbagai bentuk. Selebihnya pengunjung menikmati pemandangan atau bermain salju di sejumlah tempat termasuk Teras Sphinx yang terkenal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar